KABUL - Insiden pembuangan dan pembakaran kitab suci Alquran yang dilakukan oleh pasukan Amerika Serikat (AS) di Afghanistan, membuat pihak Gedung Putih meminta maaf atas perilaku tidak terpuji itu.
Sebelumnya sekira dua ribu warga Afghanistan melakukan aksi protes menentang insiden pembakaran Alquran yang terjadi di pangkalan militer Bagram. Kasus ini makin meningkatkan sentimen anti-pasukan asing di kalangan masyarakat Afghanistan.
Juru bicara Gedung Putih Jay Carney menyuarakan apa yang telah dinyatakan oleh pihak militer AS, yang mengaku peristiwa itu adalah sebuah ketidaksengajaan.
"Insiden ini amat disesalkan. Tetapi hal itu tidak merefleksikan bahwa militer AS tidak menghormati kebebasan beragama yang ada di Afghanistan," jelas Carney seperti dikutip Associated Press, Rabu (22/2/2012).
Sedangkan Menteri Pertahanan Leon Panetta menambahkan, dirinya amat menyesalkan kejadian ini. "Kami menjanjikan akan mengkaji penyelidikan dari pihak pasukan koalisi untuk menjamin agar peristiwa serupa tidak akan kembali terjadi," ucap Panetta.
Presiden Afghanistan Hamid Karzai sebelumnya mengecam keras insiden tersebut. Dirinya pun sudah mengirim delegasi untuk menyelidiki pembuangan dan pembakaran Alquran oleh pasukan koalisi North Atlantic Treaty Organization (NATO) yang dipimpin oleh AS.
Peristiwa ini terungkap saat pekerja Afghanistan di pangkalan militer Bagram menemukan tumpukan buku yang dibuang. Terjadi diantara buku yang berada di tong sampah itu ada pula Alquran yang sepertinya baru saja dibakar.
Hal inilah yang memicu protes dari warga. Mereka pun langsung bertindak dengan melakukan aksi protes dan menuntut pihak pasukan NATO keluar dari Afghanistan segera.